Minggu, 15 Januari 2017

Jaket Biru

Beberapa hari belakangan ini pikiran saya melayang ke waktu di tiga tahun yang lalu, kali pertama saya datang ke kampus ini sebagai mahasiswa baru sembari mengenakan almamater atau yang saya sebut sebagai jaket biru. Kala itu semua terasa baik - baik saja. Sempurna, saya hanya merasa bertransformasi dari siswa menjadi mahasiswa. Ya, semua berjalan dengan sempurna.

Tapi Tuhan tidak mengizinkan semua berjalan dengan sempurna dari sudut pandang saya. Malam itu, semua berubah. Sebuah kasus membuat saya menjadi "terkenal" di kampus ini. Banyak pihak yang menuduh saya sebagai "tukang ngadu" atau "manja" atau "cengeng". Semua saya alami selama beberapa bulan. Bagi saya, itu adalah bulan - bulan terberat dalam hidup saya. Saya tidak pernah berada dalam titik seberat itu. Sempat, saya ingin menyerah.

Tekanan saya alami datang dari berbagai sumber. Saya merasa itu terlalu berat untuk saya tanggung sendiri. Awalnya saya menganggap ini semua adalah permasalahan yang sederhana, namun tidak sesederhana membalikkan telapak tangan.

Dampak yang alami setelah kejadian itu sangat banyak. Salah satunya yang paling disesalkan adalah saya menjadi berbeda dari teman angkatan saya. Saya merasa tidak mudah untuk mempercayai mereka. Semua orang memiliki kepentingan masing - masing. Bahkan, saya berpikir beberapa dari mereka memiliki tabiat "munafik".

Saya berusaha untuk tegar menghadapi ini semua, namun saya terlalu lemah untuk bisa bertahan. Bersyukur, saya memiliki rekan - rekan yang selalu mendukung saya, serta mendoakan saya. 

Namun, sekali lagi ini semua belum berakhir. Saya sempat menjalani kehidupan kampus yang tidak pernah saya harapkan. Tapi, apa boleh buat. Saya hanya perlu menjalaninya saja. Belajar bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan dan izinkan dalam kehidupan saya. Belajar untuk tidak menyesalinya.

Banyak pihak yang mendukung saya melalui ini semua. Tidak adil bila saya mundur.

Saya harus beryukur dan menerima ini semua.

Tulisan ini bukanlah sebuah klarifikasi, atau curahan hati, atau penjelasan apapun. Melainkan sebuah cara untuk menghargai dan mencintai diri saya. Entah mengapa, saya bangga menjadi "Joue Abraham".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar