Jumat, 12 Agustus 2016

Kamp Medis Nasional Mahasiswa XX


Sebelum aku memutuskan untuk memilih sekolah kedokteran, ada beberapa pilihan profesi yang sempat aku pikirkan. Menjadi pendeta atau penulis. Pendeta, karena aku ingin melayani dan mempersembahkan kehidupanku untuk Tuhan, tapi aku sadar bahwa profesi seorang pendeta sangat terbatas. Penulis, aku saat itu ingin memilih fakultas sastra. Tuhan memberikanku bakat dalam menulis. Lagi – lagi ada batasan yang membatasi ruang lingkupku nanti jika menjadi seorang penulis.

            Berbagai macam pertimbangan dan diskusi dengan orang – orang terdekat, aku memantapkan minatku untuk menjadi seorang Dokter, dengan alasan aku bisa memberitakan injil kepada orang banyak di daerah terpelosok. Semua orang membutuhkan tenaga medis. Aku sendiri tidak tahu mengapa alasan seperti itu terlintas dalam benakku.

            Aku masuk ke dalam dunia perkuliahan. Terlibat dalam organisasi dan pelayanan. Sesuatu yang luar biasa terjadi. Di masa perkuliahan aku mengenal apa itu “injil”. Bukan sekadar arti kata, melainkan maknannya. Masih tergambar jelas di benakku. Ketika ibadah natal saat aku masih memakai almamater yang melambangkan statusku sebagai mahasiswa baru, Tuhan memakai Pak Tadius Gunadi, selaku staff perkantas untuk menyampaikan injil. Sungguh bersyukur karena akhirnya aku boleh dimenangkan!

            Waktu terus berlalu. Berbagai macam bentuk pelayanan dan kepanitiaan sana sini telah kulalui. Visi yang tertanam dalam ruang terdalam hatiku dalam menjadi seorang Dokter adalah untuk memberitakan injil di daerah terpencil. Cuma sebatas itu, tanpa pemahaman serta metode yang efektif lebih lanjut.

             Awal - awal aku memasuki dunia perkuliahan, aku tidak pernah menganggap PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) adalah sesuatu yang penting. Waktu luangku lebih banyak difokuskan untuk organisasi dan sebagainya. Aku keliru rupanya. PMK lebih penting dari itu semua. Untuk menciptakan alumni yang profesional dan berintegritas bukan dari seminar, namun dari pemuridan, di mana peran PMK sangatlah penting.

            Sekali lagi, Tuhan “menemui”-ku dalam dunia pelayanan mahasiswa, tepatnya dalam pelayanan medis. Kamp Medis Nasional Mahasiswa ke – 20. Sungguh bersyukur aku boleh berbagian dalam pesta rohani semacam ini. Sangat diberkati. Tidak ada rasa penyesalan dalam hatiku, walau ada harga yang harus dibayar dalam mengikuti kegiatan ini. Bahkan, sampai kesudahan acara ini, masih ada gema yang kunikmati.

            Ketika akan meninggalkan Yogyakarta, ada rasa sedih dan kerinduan pada seluruh peserta. Ini adalah salah satu momen terbaik dalam hidupku. Lebih baik dibandingkan aktif di organisasi.


            Dari kumpulan orang Farisi…