Rabu, 23 Desember 2015

Cangkang

            Pagi berangkat kuliah, sampai di kampus segera check in di Path. Dosen datang, asyik dengan jejaring sosial di belakang. Sibuk update di Snapchat. Pulang kuliah mampir di Starbucks berhubung sudah tanggal dua puluh dua. Mendapat potongan harga sebesar lima puluh persen tentu tidak akan disia – siakan. Setelah menikmati kopi dalam tumbler, kembali check in di Path. Sepulang kuliah kembali tenggelam dalam serunya chatting di jejaring sosial di atas tempat tidur.

Hari berikutnya tidak jauh beda (tentunya tidak kembali ke Starbucks). Puluhan hari dilalui dengan demikian. Belum lagi jika ada even – even anak muda seperti DWP, Jakcloth, dan sebagainya. Terasa bukan anak muda bila tidak ikut hal – hal tersebut.

            Semua orang perlu pengakuan. Diakui sebagai anak kuliahan, mobilitas tinggi, orang kaya, anak gaul, dan hal – hal semacam itu. Jika ingin ditinjau lebih lanjut, itu semua bukanlah kebutuhan seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa hanya membutuhkan adalah waktu. Ya, sederhana memang, namun sering kali hal semacam itu dipandang sebelah mata.

            Mahasiswa hanya memerlukan waktu. Waktu untuk menjadikannya sebagai pribadi yang produktif dan bermanfaat bagi kehidupan sekitar. Menjadi berkat di mana ia berada. Tentunya bukan hal yang salah bila Anda aktif di berbagai macam organisasi. Salah bila aktif di organisasi hanya sebagai sebuah status untuk pamer ataupun sebuah titel dengan mobilitas yang tinggi. Salah jika setiap kegiatan yang Anda ikuti hanya sebatas mengikuti sahabat Anda. Yang lebih parah, aktif tanpa visi!
            Berganti iPhone 6 dari iPhone 5, padahal iPhone 5 yang ada punya masih bagus dan berfungsi. Anda menggantinya hanya karena ingin “lebih” dari pada orang – orang di sekitar Anda. Jika demikian, tentu saja jika iPhone 7 keluar, iPhone 6 Anda akan segera dilempar.

            Membeli Docmart hanya karena teman – teman Anda mengenakannya. Padahal, Anda tidak memiliki uang untuk membeli. Atau, yang lebih parah lagi jika Anda mengenakan sepatu itu, membuat penampilan Anda terlihat seperti satpam!

            Teman – teman di lingkungan baru Anda pergi ke DWP. Anda merasa akan tersisihkan bila Anda tidak pergi. Padahal, Anda tidak tahu apa itu DWP. Pergi ke sana pun Anda belum pernah. Akhirnya pula Anda pergi dan ikut bergoyang tanpa tujuan yang jelas.

            Ada sebuah baju yang terlalu besar untuk Anda. Teman – teman Anda adalah orang yang obesitas. Hanya karena tidak sama dengan teman – teman Anda, Anda membeli semua fastfood dan Anda setengah mati berusaha memakan sampah tersebut agar Anda bisa mengenakan baju yang kebesaran tadi. Atau sebaliknya. Akibat baju yang terlalu sempit untuk Anda, Anda diet mati – matian agar bisa memakai baju yang super sempit itu. Di akhir cerita, Anda mengalami gizi buruk.

            If it’s not you, stop it! Just be yourself, whatever they say. It’s your life. You ain’t life forever.


            Jangan biarkan diri Anda terperangkap dalam cangkang.