Pagi
berangkat kuliah, sampai di kampus segera check
in di Path. Dosen datang, asyik dengan jejaring sosial di belakang. Sibuk update di Snapchat. Pulang kuliah mampir
di Starbucks berhubung sudah tanggal dua puluh dua. Mendapat potongan harga
sebesar lima puluh persen tentu tidak akan disia – siakan. Setelah menikmati
kopi dalam tumbler, kembali check in
di Path. Sepulang kuliah kembali tenggelam dalam serunya chatting di jejaring sosial di atas tempat tidur.
Hari berikutnya tidak
jauh beda (tentunya tidak kembali ke Starbucks). Puluhan hari dilalui dengan
demikian. Belum lagi jika ada even – even anak muda seperti DWP, Jakcloth, dan
sebagainya. Terasa bukan anak muda bila tidak ikut hal – hal tersebut.
Semua
orang perlu pengakuan. Diakui sebagai anak kuliahan, mobilitas tinggi, orang
kaya, anak gaul, dan hal – hal semacam itu. Jika ingin ditinjau lebih lanjut,
itu semua bukanlah kebutuhan seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa hanya
membutuhkan adalah waktu. Ya, sederhana memang, namun sering kali hal semacam
itu dipandang sebelah mata.
Mahasiswa
hanya memerlukan waktu. Waktu untuk menjadikannya sebagai pribadi yang produktif
dan bermanfaat bagi kehidupan sekitar. Menjadi berkat di mana ia berada.
Tentunya bukan hal yang salah bila Anda aktif di berbagai macam organisasi.
Salah bila aktif di organisasi hanya sebagai sebuah status untuk pamer ataupun
sebuah titel dengan mobilitas yang tinggi. Salah jika setiap kegiatan yang Anda
ikuti hanya sebatas mengikuti sahabat Anda. Yang lebih parah, aktif tanpa visi!
Berganti
iPhone 6 dari iPhone 5, padahal iPhone 5 yang ada punya masih bagus dan
berfungsi. Anda menggantinya hanya karena ingin “lebih” dari pada orang – orang
di sekitar Anda. Jika demikian, tentu saja jika iPhone 7 keluar, iPhone 6 Anda
akan segera dilempar.
Membeli
Docmart hanya karena teman – teman Anda mengenakannya. Padahal, Anda tidak
memiliki uang untuk membeli. Atau, yang lebih parah lagi jika Anda mengenakan
sepatu itu, membuat penampilan Anda terlihat seperti satpam!
Teman
– teman di lingkungan baru Anda pergi ke DWP. Anda merasa akan tersisihkan bila
Anda tidak pergi. Padahal, Anda tidak tahu apa itu DWP. Pergi ke sana pun Anda
belum pernah. Akhirnya pula Anda pergi dan ikut bergoyang tanpa tujuan yang
jelas.
Ada
sebuah baju yang terlalu besar untuk Anda. Teman – teman Anda adalah orang yang
obesitas. Hanya karena tidak sama dengan teman – teman Anda, Anda membeli semua
fastfood dan Anda setengah mati berusaha memakan sampah tersebut agar Anda bisa
mengenakan baju yang kebesaran tadi. Atau sebaliknya. Akibat baju yang terlalu
sempit untuk Anda, Anda diet mati – matian agar bisa memakai baju yang super
sempit itu. Di akhir cerita, Anda mengalami gizi buruk.
If it’s not you, stop it! Just be yourself,
whatever they say. It’s your life. You ain’t life forever.
Jangan
biarkan diri Anda terperangkap dalam cangkang.